Thursday, November 23, 2023

BELAJAR MEMAKNAI MERDEKA BELAJAR

 

Perkembangan zaman yang begitu cepat seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan dunia kerja sesuai standar internasional membuat Pemerintah harus bergerak cepat dalam mengantisipasi persaingan di segala sektor. Salah satu aspek yang mendapat perhatian serius dari pemerintah yaitu aspek Pendidikan. Maju atau tidak majunya suatu bangsa bergantung pada generasi yang dihasilkan. Kualitas Pendidikan akan berpengaruh pada generasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, dengan berpegang teguh pada cita-cita bangsa Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan pergantian kurikulum demi meningkatkan kualitas Pendidikan kita.

Pada prinsipnya, kurikulum yang telah dirancang oleh pemerintah akan dilaksanakan pada satuan Pendidikan masing-masing. Maka boleh dikatakan bahwa yang menjadi ujung tombak dalam pelaksanaannya adalah guru dan siswa. Sebelum kurikulum Merdeka diberlakukan, pekerjaan seorang guru sebelum mengajar di kelas yaitu dimulai dari perencanaan. Seorang guru harus mempersiapkan seluruh admninistrasinya, hingga pada penyusunan silabus dan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru diharapkan mampu secara mandiri untuk dapat menyusun silabus dan RPP, tidak ada referensi lain selain hanya mengikuti kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk mendapatkan materi terkait silabus dan RPP dari narasumber. Sedangkan pada kegiatan pembelajaran di kelas, guru sering mendominasi pembelajaran sehingga siswa hanya pasif ketika menerima materi. Pada saat pembelajaran di kelas, guru juga melakukan pendekatan secara menyeluruh kepada semua siswa, tidak berdasarkan kebutuhan atau kemampuan siswa.

Pada pembelajaran di kelas, siswa sering kali merasa bosan dan takut dalam menerima materi karena guru yang terkesan menguasai kelas atau bisa disebut sebagai diktator kelas. Hal ini membuat siswa tidak bisa menerima materi atau tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran pada hari itu. Sedangkan yang diinginkan siswa adalah pembelajaran yang menyenangkan, yang bisa mengeksplorasi kemampuan mereka sendiri, sehingga kompetensi yang mereka miliki tidak meningkat sesuai harapan mereka. Hal lain yang dialami oleh siswa yaitu guru memberikan materi dengan menganggap daya tangkap semua siswa adalah sama. Guru tidak memperhatikan siswa sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, sehingga ini terkesan siswa yang mampu yang akan menerima materi dengan baik, sedangkan siswa yang kurang mampu atau yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata akan kesulitan menerima materi yang diberikan guru. Begitu pula dengan materi yang mereka terima setiap semester, tidak berdasarkan tingkat kompetensi mereka.

Pada bulan Februari 2022, Kemendikbudristek memperkenalkan kurikulum baru di Indonesia yaitu “Kurikulum Merdeka belajar”. Langkah ini diambil karena untuk mengatasi krisis pembelajaran yang begitu lama, ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 yang memutus rantai Pendidikan Indonesia pada Tahun 2019. Kurikulum ini lahir dengan visi mengasah minat dan bakat anak sesuai konsep demi penguatan kompetensi siswa. “Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, dimana konten akan lebih optimal agar siswa lebih memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Karakteristik kurikulum Merdeka ini yaitu, pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada materi esensial, dan pembelajaran yang fleksibel”[1]. Untuk pengembangan karakter, ada terdapat 6 dimensi yang diberikan pemerintah kepada sekolah untuk fokus terhadap keenam dimensi tersebut. Dimensi yang dimaksud yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, kreatif, serta berkebhinekaan global. Melalui Kurikulum ini juga sekolah diberikan tiga pilihan tahapan yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.

Oleh karena itu, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis mengenai kurikulum Merdeka sejauh ini, dari pengalaman mengikuti berbagai kegiatan pengenalan kurikulum Merdeka melalui webinar, kegiatan IHT, pelatihan mandiri di Platform Merdeka mengajar, dan lain-lain. Penulis mendapatkan beberapa hal terkait perbedaan kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya. Pertama, guru lebih leluasa dalam mencari referensi terkait bahan ajarnya, terkhususnya melalui Platform Merdeka Mengajar, guru dapat mencari berbagai hal mengenai berbagai hal terkait pengembangan kompetensi dan pembelajaran. Guru juga diberikan keleluasaan dalam memanejemen administrasi perangkat ajarnya dengan tidak harus menyusunnya sendiri, tapi boleh mengambil dan memodifikasi sesuai kebutuhan lingkungan belajarnya. Sedangkan terkait pembelajaran di kelas, guru diajarkan untuk memberikan kemerdekaan belajar kepada siswa dengan terkontrol. Sehingga siswa dijadikan pusat pembelajaran, dimana siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tentu hal ini akan berdampak pada penguatan kompetensi siswa, yang lebih menonjol yaitu perlakuan terhadap siswa yang memiliki perbedaan kompetensi, guru harus melakukan asesmen awal untuk mendiagnosa kemampuan siswa. Dari hasil diagnosa tersebut guru dapat melakukan perlakuan yang berbeda ketika memberikan materi kepada siswa di dalam kelas, sehingga hal ini dapat menjawab kebutuhan belajar siswa sesuai kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan untuk penguatan karakter, atau yang disebut proyek penguatan profil pelajar Pancasila, satuan Pendidikan diberikan beberapa pilihan tema untuk disesuaikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, sehingga penguatan karakter lebih tepat pada kondisi siswa dan lingkungan belajarnya.

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh kurikulum Merdeka ini, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa telah diberikan kemerdekaan dalam belajar mengajarnya. Sehingga dengan semuanya itu, maka kita berharap kualitas Pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan negara maju lainnya di dunia.



[1] https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka, diakses 22 November 2023 pukul 22:16

No comments:

Post a Comment